Selalu kita dipertemukan dengan orang-orang yang kelak akan menjadi jembatan bagi kita menapaki impian. Melihat kebelakang dan mencoba menghubungkan titik-titik tersebut, terkagum-kagum bagaimana Tuhan mengarahkan langkah saya menuju mimpi-mimpi ini. Jujur saja saya tidak pernah mentargetkan untuk ke luar negeri karena itu akan membuat saya menjadi beban. Saya biarkan mimpi-mimpi saya berbaur dengan doa,antusiasme dan sikap positif di setiap aspek kehidupan. Setiap kali menginginkan sesuatu saya percayakan kepada Sang Perencana Terhebat di jagad raya ini supaya jalan saya diarahkan menjadi menyenangkan dalam balutan kasih sayangNya yang bisa saya bagi untuk sesama.  

Saya mengagumi dosen-dosen saya di Univ Brawijaya dan Univ Negeri Malang yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri. Untuk bermimpi seperti mereka saya tidak berani, maka saya mencoba mendaftar Work and Holiday Visa untuk Australia di penghujung tahun 2014 yang nantinya akan mengijinkan saya untuk tinggal selama satu tahun (Februari 2015-Februari 2016). 

Setelah lulus kuliah saya bekerja di satu perusahaan multinasional dan satu eco resort yang kebanyakan tamunya dari Singapur dan beberapa Australia. Saya dipertemukan teman kerja saya dengan salah satu orang yang mengetahui tentang Balai Bahasa yaitu Ibu Kate. Kami sempat berbincang sebentar sekitar jam 10.30 malam karena waktu itu Ibu Kate dan murid-muridnya sedang persiapan akan ke Bromo dan saya sedang persiapan untuk Rafting besoknya. Beliau memberikan saya FB Balai Bahasa, dan kontak person beliau. Ibu Kate juga memberitahu bahwa pendaftaran LA biasanya dibuka antara bulan Juni sampai Juli. Ibu Kate sangat encouragingsekali dan menyarankan saya mendaftar. Saya aminkan dan sekali lagi saya berbisik kepada Tuhan untuk menyimpan mimpi ini. Saat bertemu Ibu Kate, saya sudah mantapkan untuk tidak mendaftar tahun itu karena saya keukeh pergi ke Australia menggunakan Work and Holiday Visa, dan saya juga sudah mendapat hostfamily di Melbourne.  
Singkat cerita saya sudah di Melbourne tanggal 6 Februari 2015, tapi mampir dulu di Bandara Perth karena saya ambil connecting flight. Ya Allah atmosfirnya sangat berbeda, mungkin itu juga yang dirasakan Neil Armstrong saat pertama kali tiba di Bulan. Saya hirup banyak-banyak udara di Airport sambil menunggu pesawat selanjutnya dari Perth ke Melbourne (Tullamarine). Anyway selama setahun itu saya sudah menjelajahi dan hidup di tiga wilayah Australia: Victoria (Melbourne), Northern Territory (Darwin) dan WA (Perth, Moora dan Mandurah).  Kebanyakan selama setahun itu saya menjadi au pair untuk hostfamilies dari berbagai negara yang menetap di Australia. Saya baru tahu bahwa Australia sangat multicultural sekali. 
Bulan Mei saya mendengar bahwa Pendaftaran Language Assistant 2018 di buka pada bulan Juni tanggal 1 sampai 30 Juni dan juga beasiswa LPDP. Saya bertekad mendaftar dua-duanya karena saya adalah tipe orang yang harus selalu punya back-up plans,hehe. Syarat yang tidak kalah pentingnya adalah tentang nilai TOEFL yang diminta 600, dan IELTS kira-kira 6,5 ( diutamakan writingnya harus bagus). Untuk TOEFL 600 saya tidak mampu, mentok saya hanya bisa 545 entah kenapa pastinya saya terjatuh di lubang kesalahan yang sama sampai nilai saya enggan naik sudah tiga kali tes TOEFL atau ada kutukan yang tak terlihat menghantui saya di tempat tes TOEFL plus TOEFL ITP saya yang bekas dari saat mendaftar Work and Holiday Visa sudah basi alias expired. Case closed! Saya beralih ke IELTS, mendaftar di IALF Surabaya tanggal10 Mei dengan duit hasil utangan teman karena 2,8 juta terlalu mahal buat saya. Dapat tes IELTS tanggal 3 Juni Saya tidak tahu apa-apa tentang IELTS,  dan saat itu juga saya mencari tahu tentang seluk beluk IELTS. Saya belajar sekitar 3-5 jam setiap hari untuk Listening, Speaking dan Reading. Saya tidak terlalu suka Writing jadi saya fokus ke hal-hal yang saya suka saja. Karena untuk soal Writing ini setidaknya ada teman yang bisa mengoreksi atau mengecek hasil Writing supaya ada masukkan mana yang perlu diperbaiki, dan ada banyak macam-macam teks. Waktu saya tidak banyak, hanya 23 hari. Saya download soal-soal IELTS dan juga tidak lupa saya print. Banyak kok di youtube apalagi soal Listening, saya latihan pake speaker biar seolah-seolah seperti suasana tes sungguhan.
Tips untuk Listening = Saya download aplikasi di Playstore untuk Radio Australia, Radio New Zealand, Radio Canada dan Radio UK. Aksen-aksen dari negara tersebut yang akan muncul di soal Listening IELTS. Memang mereka ajaib ngomongnya yaitu seperti suara dalam, nah itu bagus sekali untuk kesehatan pendengaran alias telinga supaya terbiasa dengan aksen atau dialek negara-negara Latihan Listening IELTS di youtube. 
Tips untuk Reading = Alhamdulillah saya suka sekali membaca, terutama majalah gosip berbahasa inggris hahah dan juga novel-novel berbahasa inggris yang saya download secara gratis (Ya Allah ntar kalo saya sudah berkecukupan saya akan beli buku fisiknya amin). Intinya rajin-rajin buka kamus kalo ada kata-kata sulit. Itu saja.
Tips untuk Speaking = Alhamdulillah saya masih keep in touch dengan teman-teman di Australia jadi saya nelpon mereka pake Paketan 30 Menit dari AS/Simpati yang seharga 3000 rupiah, engga tentu sih sebisanya mereka karena mereka juga sibuk.  
Tips untuk Writing = Saya download trik-triknya di IELTS Liz di website maupun channel youtubenya. (Maaf tidak bisa kasih tips banyak karena Writing saya dapat jelek heheh)
Saya pikir pengalaman dan juga kegiatan volunteering saya di Australia 2 tahun lalu (saya ikut volunteering di kegiatan Lions Club, Rotary Club, dan Tourist Info Centre di Moora – Western Australia selama 6 bulan) maupun di Indonesia menjadikan inspirasi saya menulis esai yang saya dengar merupakan poin penting dan juga atas ijin Allah. Satu lagi usahakan setidaknya ada teman native speaker yang mengecek esainya (proofreading) karena esai berbahasa Inggris kita akan terlihat mulus dan terlihat sekali flownya dari grammar dan dictions, eits jangan salah ini bukan cheatingCheatingitu kalo saya minta dibuatkan esai.  
Inilah pentingnya menjaga hubungan baik dan silaturahmi dengan mantan dosen di kampus. Alhamdulillah saya bisa minta surat referensi dari mantan dosen Pembimbing Akademik saya yaitu Ibu Anik Utomo di Univ terakhir saya.
Tes IELTS tanggal 3 Juni pas sekali hari puasa. Semoga saya tidak pingsan ya saking lapar atau gugupnya entah saya tidak bisa membedakan. Gugup juga masuk ruangan tes seperti masuk ruangan operasi ( hmm saya belum pernah sih operasi uuh ya Allah jangan sampai deh, hmm mungkin ini juga perasaan seorang Ibu yang mau operasi cesar dan masuk ke ruangan operasi ya). Tes Listening sekitar 45 menit, dan tidak diulang. Saya duduk di baris kelima kolom ketiga. Tak lama setelah akan menginjak ke tes Reading, salah satu peserta muntah mungkin dia kekenyangan sahur atau mabuk darat ya habis naik bus yang supirnya ugal-ugalan. Hal ini masih menjadi misteri bagi saya, dia pamit ke kamar kecil didampingi beberapa staff dari IALF. Si peserta yang berjenis kelamin perempuan ini tidak kembali sampai seluruh sesi tes IELTS selesai. Saya sebenarnya juga merasa mual dan sudah muntah saking groginya, tapi syukurlah karena saya pas sahur hanya makan buah saja maka pas adegan saya muntah tersebut hanya angin saja yang keluar. Satu lagi usahakan sebelum tes, paksalah untuk buang air kecil maupun besar meskipun lagi engga kepengen karena setelah itu kita mesti tahan sampe tes Listening, Reading dan Writing selesai. Wow itu bakalan sekitar 3-4 jam. Saya habis tes Listening sudah kebelet pipis dan sempat mengacungkan tangan ijin ke kamar kecil tapi dilarang, ya Allah saya takut ngompol dan Alhamdulillah tidak jadi ngompol.  
Setelah IELTS beres (Writing saya hanya 5,5 tetapi overall 7), surat referensi, esai juga maka persyaratan lainnya seperti SKCK, dan lain-lain pun terasa mudah. Tinggal kekuatan doa dari orang tua yang masih hidup dan ibadah wajib dan sunnahnya dijaga kalo bisa ditingkatkan apalagi pas banget Bulan Puasa. Saya engga yakin bisa lolos apalagi dilirik aplikasi lamaran saya karena lagi terganjal skor Writing yang hanya 5,5. Saya kirim lamaran saya melalui email Balai Bahasa tanggal 29 Juni sehari sebelum penutupan, hmm last minute banget ya. Hahaha
Saya mendapat email yang menyatakan bahwa hasil pengumuman akan keluar kira-kira awal Agustus. Saya tunggu sampai tanggal 10 Agustus masih tidak ada kabar, dan saya dengan PDnya email Balai Bahasa. Beberapa hari berselang muncul pengumuman, ya Allah saya tidak percaya dinyatakan lolos. Saya mendapat email langsung dari Ibu Karen, pimpinan Balai Bahasa, jam 10 malam tepat sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia yang ke 72. Saat itu saya sedang online di Discord latihan wawancara buat LPDP, dan saya langsung gemetar antara pengen buang air kecil atau buang air besar. Saya mual, saya batuk, saya bersin, saya menguap dan serta merta sujud syukur. Saya bangunkan Ibu saya dan memeluknya sangat erat. Hehe saya sedang musuhan dengan Ibu saya, aduh durhaka banget. Langsung baikan, Alhamdulillah Allah tidak mengazab saya melainkan memberi kesempatan saya untuk mengisi posisi LA 2018 ini sehingga saya bisa membahagiakan Ibu saya dengan cara mengirimkan pundi-pundi dolar Australia. Hehehe. 
Terkadang Tuhan masih ingin melihat seberapa besar tekad kita dalam mengusahakan suatu mimpi dan rangkaian kejadian-kejadian yang membuat saya lebih berpasrah lagi betapa Tuhan itu Maha Super Baik dalam menguatkan saya supaya saya lebih siap lagi saat menjalani tugas sebagai Indonesian Language Assistant 2018.  
PS : Kalo ada yang bilang daftar Language Assistant ini susah karena terganjal biaya, nilai IELTS yang kurang, tidak dapat surat referensi dari dosen, please jangan menyerah dulu karena saya termasuk yang tidak memiliki uang untuk tes IELTS, perjuangan mendapatkan surat referensi, mati-matian belajar IELTS, belum lagi salah daftar yang menyebabkan sulitnya visa saya keluar. Semangat! 
Do the best and Let Allah do the rest J
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: