Powered by Blogger.

Search This Blog

TRENDING NOW


Selalu kita dipertemukan dengan orang-orang yang kelak akan menjadi jembatan bagi kita menapaki impian. Melihat kebelakang dan mencoba menghubungkan titik-titik tersebut, terkagum-kagum bagaimana Tuhan mengarahkan langkah saya menuju mimpi-mimpi ini. Jujur saja saya tidak pernah mentargetkan untuk ke luar negeri karena itu akan membuat saya menjadi beban. Saya biarkan mimpi-mimpi saya berbaur dengan doa,antusiasme dan sikap positif di setiap aspek kehidupan. Setiap kali menginginkan sesuatu saya percayakan kepada Sang Perencana Terhebat di jagad raya ini supaya jalan saya diarahkan menjadi menyenangkan dalam balutan kasih sayangNya yang bisa saya bagi untuk sesama.  

Saya mengagumi dosen-dosen saya di Univ Brawijaya dan Univ Negeri Malang yang pernah mengenyam pendidikan di luar negeri. Untuk bermimpi seperti mereka saya tidak berani, maka saya mencoba mendaftar Work and Holiday Visa untuk Australia di penghujung tahun 2014 yang nantinya akan mengijinkan saya untuk tinggal selama satu tahun (Februari 2015-Februari 2016). 

Setelah lulus kuliah saya bekerja di satu perusahaan multinasional dan satu eco resort yang kebanyakan tamunya dari Singapur dan beberapa Australia. Saya dipertemukan teman kerja saya dengan salah satu orang yang mengetahui tentang Balai Bahasa yaitu Ibu Kate. Kami sempat berbincang sebentar sekitar jam 10.30 malam karena waktu itu Ibu Kate dan murid-muridnya sedang persiapan akan ke Bromo dan saya sedang persiapan untuk Rafting besoknya. Beliau memberikan saya FB Balai Bahasa, dan kontak person beliau. Ibu Kate juga memberitahu bahwa pendaftaran LA biasanya dibuka antara bulan Juni sampai Juli. Ibu Kate sangat encouragingsekali dan menyarankan saya mendaftar. Saya aminkan dan sekali lagi saya berbisik kepada Tuhan untuk menyimpan mimpi ini. Saat bertemu Ibu Kate, saya sudah mantapkan untuk tidak mendaftar tahun itu karena saya keukeh pergi ke Australia menggunakan Work and Holiday Visa, dan saya juga sudah mendapat hostfamily di Melbourne.  
Singkat cerita saya sudah di Melbourne tanggal 6 Februari 2015, tapi mampir dulu di Bandara Perth karena saya ambil connecting flight. Ya Allah atmosfirnya sangat berbeda, mungkin itu juga yang dirasakan Neil Armstrong saat pertama kali tiba di Bulan. Saya hirup banyak-banyak udara di Airport sambil menunggu pesawat selanjutnya dari Perth ke Melbourne (Tullamarine). Anyway selama setahun itu saya sudah menjelajahi dan hidup di tiga wilayah Australia: Victoria (Melbourne), Northern Territory (Darwin) dan WA (Perth, Moora dan Mandurah).  Kebanyakan selama setahun itu saya menjadi au pair untuk hostfamilies dari berbagai negara yang menetap di Australia. Saya baru tahu bahwa Australia sangat multicultural sekali. 
Bulan Mei saya mendengar bahwa Pendaftaran Language Assistant 2018 di buka pada bulan Juni tanggal 1 sampai 30 Juni dan juga beasiswa LPDP. Saya bertekad mendaftar dua-duanya karena saya adalah tipe orang yang harus selalu punya back-up plans,hehe. Syarat yang tidak kalah pentingnya adalah tentang nilai TOEFL yang diminta 600, dan IELTS kira-kira 6,5 ( diutamakan writingnya harus bagus). Untuk TOEFL 600 saya tidak mampu, mentok saya hanya bisa 545 entah kenapa pastinya saya terjatuh di lubang kesalahan yang sama sampai nilai saya enggan naik sudah tiga kali tes TOEFL atau ada kutukan yang tak terlihat menghantui saya di tempat tes TOEFL plus TOEFL ITP saya yang bekas dari saat mendaftar Work and Holiday Visa sudah basi alias expired. Case closed! Saya beralih ke IELTS, mendaftar di IALF Surabaya tanggal10 Mei dengan duit hasil utangan teman karena 2,8 juta terlalu mahal buat saya. Dapat tes IELTS tanggal 3 Juni Saya tidak tahu apa-apa tentang IELTS,  dan saat itu juga saya mencari tahu tentang seluk beluk IELTS. Saya belajar sekitar 3-5 jam setiap hari untuk Listening, Speaking dan Reading. Saya tidak terlalu suka Writing jadi saya fokus ke hal-hal yang saya suka saja. Karena untuk soal Writing ini setidaknya ada teman yang bisa mengoreksi atau mengecek hasil Writing supaya ada masukkan mana yang perlu diperbaiki, dan ada banyak macam-macam teks. Waktu saya tidak banyak, hanya 23 hari. Saya download soal-soal IELTS dan juga tidak lupa saya print. Banyak kok di youtube apalagi soal Listening, saya latihan pake speaker biar seolah-seolah seperti suasana tes sungguhan.
Tips untuk Listening = Saya download aplikasi di Playstore untuk Radio Australia, Radio New Zealand, Radio Canada dan Radio UK. Aksen-aksen dari negara tersebut yang akan muncul di soal Listening IELTS. Memang mereka ajaib ngomongnya yaitu seperti suara dalam, nah itu bagus sekali untuk kesehatan pendengaran alias telinga supaya terbiasa dengan aksen atau dialek negara-negara Latihan Listening IELTS di youtube. 
Tips untuk Reading = Alhamdulillah saya suka sekali membaca, terutama majalah gosip berbahasa inggris hahah dan juga novel-novel berbahasa inggris yang saya download secara gratis (Ya Allah ntar kalo saya sudah berkecukupan saya akan beli buku fisiknya amin). Intinya rajin-rajin buka kamus kalo ada kata-kata sulit. Itu saja.
Tips untuk Speaking = Alhamdulillah saya masih keep in touch dengan teman-teman di Australia jadi saya nelpon mereka pake Paketan 30 Menit dari AS/Simpati yang seharga 3000 rupiah, engga tentu sih sebisanya mereka karena mereka juga sibuk.  
Tips untuk Writing = Saya download trik-triknya di IELTS Liz di website maupun channel youtubenya. (Maaf tidak bisa kasih tips banyak karena Writing saya dapat jelek heheh)
Saya pikir pengalaman dan juga kegiatan volunteering saya di Australia 2 tahun lalu (saya ikut volunteering di kegiatan Lions Club, Rotary Club, dan Tourist Info Centre di Moora – Western Australia selama 6 bulan) maupun di Indonesia menjadikan inspirasi saya menulis esai yang saya dengar merupakan poin penting dan juga atas ijin Allah. Satu lagi usahakan setidaknya ada teman native speaker yang mengecek esainya (proofreading) karena esai berbahasa Inggris kita akan terlihat mulus dan terlihat sekali flownya dari grammar dan dictions, eits jangan salah ini bukan cheatingCheatingitu kalo saya minta dibuatkan esai.  
Inilah pentingnya menjaga hubungan baik dan silaturahmi dengan mantan dosen di kampus. Alhamdulillah saya bisa minta surat referensi dari mantan dosen Pembimbing Akademik saya yaitu Ibu Anik Utomo di Univ terakhir saya.
Tes IELTS tanggal 3 Juni pas sekali hari puasa. Semoga saya tidak pingsan ya saking lapar atau gugupnya entah saya tidak bisa membedakan. Gugup juga masuk ruangan tes seperti masuk ruangan operasi ( hmm saya belum pernah sih operasi uuh ya Allah jangan sampai deh, hmm mungkin ini juga perasaan seorang Ibu yang mau operasi cesar dan masuk ke ruangan operasi ya). Tes Listening sekitar 45 menit, dan tidak diulang. Saya duduk di baris kelima kolom ketiga. Tak lama setelah akan menginjak ke tes Reading, salah satu peserta muntah mungkin dia kekenyangan sahur atau mabuk darat ya habis naik bus yang supirnya ugal-ugalan. Hal ini masih menjadi misteri bagi saya, dia pamit ke kamar kecil didampingi beberapa staff dari IALF. Si peserta yang berjenis kelamin perempuan ini tidak kembali sampai seluruh sesi tes IELTS selesai. Saya sebenarnya juga merasa mual dan sudah muntah saking groginya, tapi syukurlah karena saya pas sahur hanya makan buah saja maka pas adegan saya muntah tersebut hanya angin saja yang keluar. Satu lagi usahakan sebelum tes, paksalah untuk buang air kecil maupun besar meskipun lagi engga kepengen karena setelah itu kita mesti tahan sampe tes Listening, Reading dan Writing selesai. Wow itu bakalan sekitar 3-4 jam. Saya habis tes Listening sudah kebelet pipis dan sempat mengacungkan tangan ijin ke kamar kecil tapi dilarang, ya Allah saya takut ngompol dan Alhamdulillah tidak jadi ngompol.  
Setelah IELTS beres (Writing saya hanya 5,5 tetapi overall 7), surat referensi, esai juga maka persyaratan lainnya seperti SKCK, dan lain-lain pun terasa mudah. Tinggal kekuatan doa dari orang tua yang masih hidup dan ibadah wajib dan sunnahnya dijaga kalo bisa ditingkatkan apalagi pas banget Bulan Puasa. Saya engga yakin bisa lolos apalagi dilirik aplikasi lamaran saya karena lagi terganjal skor Writing yang hanya 5,5. Saya kirim lamaran saya melalui email Balai Bahasa tanggal 29 Juni sehari sebelum penutupan, hmm last minute banget ya. Hahaha
Saya mendapat email yang menyatakan bahwa hasil pengumuman akan keluar kira-kira awal Agustus. Saya tunggu sampai tanggal 10 Agustus masih tidak ada kabar, dan saya dengan PDnya email Balai Bahasa. Beberapa hari berselang muncul pengumuman, ya Allah saya tidak percaya dinyatakan lolos. Saya mendapat email langsung dari Ibu Karen, pimpinan Balai Bahasa, jam 10 malam tepat sehari sebelum hari kemerdekaan Indonesia yang ke 72. Saat itu saya sedang online di Discord latihan wawancara buat LPDP, dan saya langsung gemetar antara pengen buang air kecil atau buang air besar. Saya mual, saya batuk, saya bersin, saya menguap dan serta merta sujud syukur. Saya bangunkan Ibu saya dan memeluknya sangat erat. Hehe saya sedang musuhan dengan Ibu saya, aduh durhaka banget. Langsung baikan, Alhamdulillah Allah tidak mengazab saya melainkan memberi kesempatan saya untuk mengisi posisi LA 2018 ini sehingga saya bisa membahagiakan Ibu saya dengan cara mengirimkan pundi-pundi dolar Australia. Hehehe. 
Terkadang Tuhan masih ingin melihat seberapa besar tekad kita dalam mengusahakan suatu mimpi dan rangkaian kejadian-kejadian yang membuat saya lebih berpasrah lagi betapa Tuhan itu Maha Super Baik dalam menguatkan saya supaya saya lebih siap lagi saat menjalani tugas sebagai Indonesian Language Assistant 2018.  
PS : Kalo ada yang bilang daftar Language Assistant ini susah karena terganjal biaya, nilai IELTS yang kurang, tidak dapat surat referensi dari dosen, please jangan menyerah dulu karena saya termasuk yang tidak memiliki uang untuk tes IELTS, perjuangan mendapatkan surat referensi, mati-matian belajar IELTS, belum lagi salah daftar yang menyebabkan sulitnya visa saya keluar. Semangat! 
Do the best and Let Allah do the rest J
Saat masih mengajar di sebuah lembaga kursus, saya sering merasa kagum dengan mereka yang kuliah di luar negeri, apalagi jika mereka juga bekerja di negeri asing tersebut. Adalah Kak Andi Syurganda, seorang senior di Kampus Ungu dulu, berhasil mencuri perhatian saya dari postingan tulisan beliau di blog pribadinya. Tulisan pengalamannya mengajar di sekolah Australia Barat menjadi sebuah mimpi yang tentu saja tidak mudah untuk diwujudkan, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk menjadi nyata. Tips untuk mendapatkan informasi yang bermutu adalah berteman dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat positif tentunya.

Dan begitu pengumuman pendaftaran itu dibuka, saya pun segera membuka alamat website yang disebutkan, menjelajah tiap kalimat di panduan pendaftaran yang diberikan, memahami setiap persyaratan yang tertulis dalam bahasa Inggris tentunya, dan akhirnya, saya memutuskan untuk mundur, tidak jadi mendaftar. Yah, saya memutuskan untuk tidak mendaftarkan diri pada saat pertama kali membaca pengumuman program ini. Persyaratannya terlampau berat.

Ada dua hal yang membuat saya ciut untuk mendaftar kala itu, yang pertama adalah pengalaman mengajar Bahasa Indonesia kepada penutur asing, dan kedua adalah penguasaan kesenian dan budaya seperti kemampuan menari atau bermain alat musik tradisional, terlebih lagi saat itu saya belum memiliki sertifikat TOEFL sama sekali.

Setahun berlalu, pengumuman program yang sama kembali muncul di beranda akun facebook saya. Tahun ini keadaan saya cukup berbeda, dengan bekal sertifikat TOEFL yang sudah masuk kriteria yang disyaratkan, dan semangat untuk ikut merasakan hidup di luar negeri, saya pun tak ragu lagi untuk mendaftar. Untungnya pada tahun tersebut telah ada pengalaman berinteraksi dengan penutur asing dan menjadi bahan essai yang cukup mendukung, terlebih lagi hasil konsultasi singkat nan padat dari senior di atas, saya memantapkan hati mendaftar program ini. Perihal kemampuan seni budaya yang diharapkan oleh penyelenggara, saya hanya bisa memberi janji untuk mempelajari tarian atau sejenisnya jika kelak terpilih.

Saya pun membuat essai yang diminta, meminta gambaran dan saran dari kak Anda tentang isi essai saya, dan beliau dengan senang hatipun memberikan beberapa masukan yang sangat berarti. Karena saya tahu bahwa essai ini sangat penting, saya membuatnya dengan penuh pertimbangan, materi yang disusunpun harus benar-benar sesuai dengan apa yang dicari oleh tim seleksi. Saya memaparkan bagaimana pandangan saya tentang Bahasa Indonesia, pengalaman saya mengajarkan Bahasa Indonesia, keterampilan seni dan pemahaman budaya yang saya miliki, serta kehidupan saya yang mandiri sehingga akan mampu beradaptasi dengan mudah jika nanti terpilih dan ditempatkan di daerah yang jauh berbeda dari tempat asal saya. 

Surat rekomendasi saya dapatkan dari pimpinan di tempat kursus saya bekerja, meski harus membuat dalam bahasa Inggris, saya memastikan bahwa pimpinan saya mengerti apa yang tertulis di surat rekomendasi tersebut sebelum dia menandatanganinya. Hal ini terlihat sepele, tapi sangat penting untuk memahamkan orang yang terlibat dalam proses seleksi apa yang terjadi, agar kelak semisal diminta untuk mengkonfirmasi ulang informasi yang diberikan, tidak terjadi kesalahpahaman.

Untuk surat pernyataan, semua saya tulis dengan format ala kadarnya, persis format yang ada di buku panduan pendaftaran. Saya hanya mengganti nama dan tanggal serta tak lupa membubuhinya dengan tanda tangan setelah menempelkan sehelai materai di sisi kiri tempat tanda tangan saya. Ada satu dokumen yang sempat membuat pusing, surat jaminan. Surat ini masuk dalam salah satu persyaratan utama. Saya tak tahu bentuknya seperti apa dan harus meminta siapa untuk menjadi penjamin saya. Awalnya saya akan meminta sang bos di tempat kerja untuk menjadi penanggung jawab kepulangan saya, tapi rasa-rasanya kurang sreg. Akhirnya, saya tuliskan nama bapak saya sebagai penjamin saya. Pertimbangan hubungan keluarga dan pekerjaan beliau sebagai PNS, tepatnya guru SMA, tentu saja bisa memberikan kejelasan dan kepastian bahwa beliau pasti dan akan mampu mengusahakan kepulangan saya jika semisal ada kendala di Australia kelak. Untuk format surat ini saya buat seperti bentuk surat pernyataan yang umum dipakai, saya masukkan data diri bapak saya, data saya dan ditutup dengan pernyataan kesediaan beliau untuk menjadi penjamin saya, tak lupa tanda tangan bermaterai Rp6000 menjadi pelengkapnya.

Untuk berkas sertifikat TOEFL dan Ijazah serta Transkrip Nilai semua telah siap jauh hari, maklum berkas ini lagi ngetrend saat perburuan beasiswa luar negeri lagi ramai-ramainya. Syukurlah berkat niat lanjut kuliah lagi, nilai TOEFL saya bisa memenuhi kriteria walau hanya lebih 7 poin saja dari yang disyaratkan. Untuk SKCK saya, saya tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya, yah meski harus cukup bersabar sedikit mengantri di kantor polisi yang tak pernah sepi untuk pengurusan surat ini.

Tenggat waktu yang lumayan singkat membuat proses pendaftaran terasa cukup buru-buru. Setelah memeriksa dengan saksama, melihat lebih teliti setiap dokumen, dan memastikan formulir pendaftaran yang terlampir di email adalah formulir yang telah saya edit, akhirnya saya menekan tombol kirim, send, dan pesan pemberitahuan muncul di layar atas komputer saya, pesan anda telah dikirimkan.

Saya pun menunggu hasil pengumuman dengan kembali beraktivitas seperti biasa. Tak terasa bulan berlalu begitu cepat dan email yang ditunggu pun muncul di kotak masuk saya. Terlihat jelas jud emailnya adalah Language Assistan Program yang saya daftari tersebut. Begini isi emailnya :

Yah, saya ditolak. Untuk kesekian kalinya, pengalaman mendaftar program internasional kembali membuahkan hasil nihil. Saya mengabarkan hal tersebut ke kak Anda, terima kasih tuk waktunya kak Anda, dan beliau membalas dengan singkat saja, "Silahkan coba lagi tahun depan", begitu katanya.

Kegagalan tersebut tentu bukan hal yang terlalu membuat sakit hati saya, karena saya sadar kriteria yang diharapkan memang jauh dari yang saya tawarkan. Saya mulai melihat kembali berkas-berkas saya, dan melihat dengan jelas kesalahan kecil yang luput dari pengamatan saya, saya lupa menanda tangani formulir pendaftaran saya. Saya ingat benar hal itu terjadi karena bentuk file pdf yang bisa edit tersebut membuat saya hanya mengisi data langsung di file pdf-nya, tidak mencetaknya lalu menuliskan data yang diminta dan memindainya lagi ke bentuk pdf. Tapi apa iya hanya karena lupa tandatangan saja? Atau memang saya yang belum masuk kriteria, apalagi program ini dibuka tuk seluruh pemuda pemudi Indonesia, dan yang dipilih hanya empat orang saja.

Seiring berjalannya waktu, perhatian saya beralih ke pendaftaran beasiswa LPDP. Sayangnya, saya harus mendapatkan jawaban yang sama dari penyedia beasiswa, saya belum lulus di tahap wawancaranya. Kegagalan yang cukup membuat down ini menjadikan semangat untuk mencoba mendaftar program ke luar negeri jadi berkurang. Pun begitu kala, pengumuman program LAP kembali muncul di beranda saya, dengan niat setengah-setengah, penuh kepasrahan, saya mencoba lagi mendaftar. Berkas-berkas saya lengkapi lagi, formulir yang sudah saya pastikan untuk menandatanganinya, dan tepat di akhir deadline pengumpulan berkas saya mengirimkan email pendaftaran saya.

Sebenarnya pendaftaran kali ini tidak mendapatkan perhatian khusus dari saya, hanya sekadar memanfaatkan masa berlaku sertifikat TOEFL yang kini berada ditahun akhir penggunaanya, kan lumayan dengan nilai yang lebih sedikit dari permintaan sudah memberi sedikit jaminan.

Saat liburanpun tiba, saya tidak disibukkan dengan kegiatan mengajar lagi, tempat kursus dimana saya bekerja pun mengalami kesulitan finansial hingga mengharuskan saya beristirahat dari rutinitas tersebut. Saat itupun saya berada di kampung halaman, di Kabupaten Luwu, menikmati perayaan hari kemerdekaan RI, dan sejenak merasakan ketentraman rumah yang jarang saya rasakan di kota tempat kerja saya. Email pengumumanpun muncul di notifikasi smartphone saya. Saya duduk di ruang tamu, berusaha menebak sebelum membuka penuh email tersebut. Tak begitu penasaran saya menekan ikon email baru di kotak masuk saya. Terbaca jelas isinya seperti ini :


Ah, saya tidak bisa percaya dengan yang saya lihat, saya mengulang membacanya lagi, dan lagi. Dan akhirnya saya yakin, saya diterima sebagai salah satu language assistant tuk tahun 2018. Hati saya rasanya penuh dengan rasa bangga, ibarat balon yang diisi gas nitrogen yang terus dipompa, saya melambung jauh dan tinggi. Alhamdulillah, dan syukur saya ucap berkali-kali. Setelah kembali dari lambungan rasa bahagia yang sempat membuat melayang tadi, saya memberitahukan ke orang tua saya. Meski masih sedikit kurang percaya diri, karena masih ada proses yang ditempuh, tapi setidaknya jalan tuk ke luar negeri sudah mulai terbuka. Inilah bukaan I dari kelahiran mimpi itu. Cerita selanjutnya akan lebih seru lagi, pengalaman menunggu kepastian, pengurusan Visa yang menggalaukan hingga drama keterlambatan di bandara.

Tulisan ini juga ditampilkan di blog pribadi saya : ismailsmiler.wordpress.com. Jika ada pertanyaan boleh disampaikan di kolom komentar atau pun menghubungi penulis langsung di email: ismailjunaid09@gmail.com

no image
Disclaimer: Tulisan tentang panduan pendaftaran ini bukan sebuah panduan resmi oleh pihak penyelenggara, namun bersumber dari peserta LAP 2018 sebagai inisiatif dan tanggung jawab moral guna membantu kelancaran peserta yang ingin mendaftar program tersebut. 


Sebelum mulai mendaftar ada baiknya untuk mengetahui dulu seperti apa sebenarnya program Language Assistant ini, untuk informasi tentang ini dapat diakses pada tab "Tentang Program Language Asisstant" di atas atau silahkan klik di sini.

Proses pendaftaran program LAP setiap tahunnya hampir sama, semua dilakukan secara online, tanpa ada proses seleksi wawancara dan test. Tapi untuk tahun ini,kalau tidak salah, terdapat poin tambahan yang mengisyaratkan untuk diadakan wawancara jika diperlukan, jadi hal ini masih bersifat belum pasti, namun harus tetap di waspadai dengan persiapan matang jika mendapat keharusan untuk wawancara.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pendaftaran sebagai berikut:

A. Pengisian Formulir Pendaftaran

Formulir pendaftaran berisikan informasi penting diri pendaftar sebagai bahan pertimbangan tim seleksi. Usahakan semua data yang diberikan di sini bersifat valid, jelas dan tidak ada yang kosong. Sebisa mungkin berikan waktu yang cukup untuk mereview jawaban dari pertanyaan. Meski terlihat sederhana, namun terkadang ada saja kesalahan yang dilakukan saat pengetikan. Ada dua pilihan dalam pengisian form ini, karena file formulirnya berbentuk PDF editable, artinya dapat langsung di edit di file aslinya, pastikan untuk menyimpan filenya dengan nama lain agar terhindar dari kesalahan saat mengunggah file ke email penyelenggara. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian tanda tangan di akhir dokumen, hal ini sangat penting. Silahkan lakukan scan tanda tangan lalu tempelkan ke dokumen PDF atau cetak dokumen lalu tanda tangan langsung setelah itu baru dipindah kembali ke dalam bentuk PDF.



B. Kelengkapan Berkas 


Ada beberapa berkas yang harus disiapkan saat mendaftar program ini, usahakan masa berlaku berkas-berkas tersebut masih panjang atau paling tidak sampai tahun pendaftaran selesai. Berkas yang memiliki masa berlaku seperti Sertifikat TOEFL ITP, IELTS dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Semua berkas sebaiknya dalam Bahasa Inggris, jadi untuk Ijazah dan Transkrip Nilai dalam Bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan di lembaga bahasa di tempat masing-masing, beberapa Kampus Besar biasanya menyediakan layanan penerjemahan ini, atau bisa memhubungi pihak agen kuliah di luar negeri yang juga menyediakan layanan penerjemahan serupa.

C. Surat Rekomendasi





Mintalah surat rekomendasi dari pimpinan tempat kita bekerja. Kalau misalnya belum kerja, baru lulus kuliah, usahakan meminta rekomendasi dari dosen yang betul-betul mengenal kita agar isi rekomendasinya lebih berkualitas. Jika mendapatkan pimpinan atau dosen yang memberikan kita kesempatan untuk menulis sendiri isi rekomendasi, usahakan tuliskan hal-hal yang tidak berlebihan dan pastikan dia membaca kembali rekomendasi tersebut ditandatangani. Ingat selalu bahwa dokumen yang diminta ini sebaiknya dalam bahasa Inggris, jadi usahakan sedari awal dibuat dalam bahasa Inggris. Jika sudah telanjur dalam bahasa Indonesia, maka sebaiknya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebelum dikirim.

D. Surat Pernyataan


Surat pernyataan memiliki format yang sudah ada di panduan pendaftaran di website resmi LAP. Walaupun contoh di halaman terakhir hanya untuk kesediaan menanggung sendiri biaya selama proses LAP berlangsung, namun format yang sama bisa digunakan untuk membuat pernyataan untuk tidak membawa keluarga dan bersedia ditempatkan dimana saja di wilayah Australia Barat, silakan ganti kalimat terakhir saja dari contoh surat pernyataannya. Selain ketiga surat pernyataan itu, ada lagi satu surat yang harus dibuat sendiri, namanya surat jaminan. Surat ini diminta di poin H pada halaman kedua panduan pendaftaran sebagai salah satu persyaratan. Surat ini tidak memiliki bentuk baku tapi dalam isi surat memberikan pernyataan kesediaan orang yang bertanda tangan di surat tersebut untuk menanggung biaya kepulangan ke Indonesia jika terjadi hal darurat, seperti kita sakit parah dan lain sebagainya.  Pastikan semua surat pernyataan yang diminta dibubuhi tanda tangan dan materai, sebaiknya gunakan materai Rp 6.000.

E. Essay


Essai merupakan komponen penting dalam proses pendaftaran ini. Dari tulisan di essai tersebutlah tim penyeleksi menilai pribada, kemampuan dan kesesuaian diri pendaftar dan program LAP ini. Tak ada bentuk baku dalam penulisan essai ini, beberapa pendaftar sebelumnya yang lulus dalam program ini memiliki strategi berbeda dalam menuliskan essai mereka. Yang jelas selalu utamakan kejujuran dan usahakan tonjolkan sisa kemampuan berbahasa, pengajaran dan kesadaran budaya, karena hal tersebut sangat menarik untuk seorang asisten pengajar bahasa.

A. Pegiriman Berkas


Semua berkas hanya dikirimkan secara online ke email penyelenggara, tidak ada surat menyurat melalui pos. Pastikan alamat surel yang dituju sudah benar dan jangan lupa untuk mengecek kembali semua lampiran sebelum menekan tombol kirim. Jangan mengirim di hari terakhir, karena siapa tahu sistem bermasalah atau bahkan jaringan tidak bersahabat maka berkas kita yang terlambat tidak akan diproses. Saat berkas diterima oleh panitia penyelenggara, akan ada balasan email yang menyatakan rasa terima kasih atas telah berminat untuk mendaftar di program tersebut. Hal ini bisa menjadi penanda berakhirnya proses pendaftaran kita. Saatnya banyak berdoa dan jangan lupa banyak berbuat baik dan membantu yang lain, agar doa-doa dari orang yang kita bahagiakan bisa membuka jalan rejeki yang lebih baik. :)


Itulah hal-hal penting dan mendasar tentang pendaftaran LAP, pada postingan berikutnya para Language Asisstant 2018 akan membagi cerita mereka selama proses pendaftaran ini, silakan dibaca siapa tahu ada jawaban rahasia yang bisa menjawab rasa penasaran dari pertanyaan yang mungkin ada di benak para calon Language Assistant 2019.

Cerita mereka dapat juga diakses di link di bawah ini:

Cerita Mas Anwar dari Lampung
Cerita Mba Galuh dari Pasuruan
Cerita Mas Arief dari Tasikmalaya

*Untuk sementara beberapa link belum aktif, begitu cerita selesai diposting akan kami update segera. Thanks
Pendaftaran telah dibuka untuk periode tahun 2019.

Silahkan dibaca petunjuk pada link GUIDELINES sebelum melengkapi form pendaftaran yang bisa didownload di link APPLICATION FORM.

Para pendaftar harus mengumpulkan melalui email lampiran berikut :
1.   Form pendaftaran yang sudah dilengkapi
2.   Foto berwarna 
3.   Surat rekomendasi
4.   Scan sertifikat IELTS atau TOEFL.
5.   Scan Ijazah dan Transkrip Nilai
6.   Essay singkat (minimal 500 kata) tentang motivasi dan minat untuk ikut dalam program ini.
7.   Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang masih berlaku.
8.   Surat pernyataan tentang kesediaan:
  • TIDAK membawa serta keluarga ke Australia selama program.  
  • Menanggung semua biaya yang berkaitan dengan proses pendaftaran LAP;
  • Ditempatkan di lokasi manapun di Western Australia.

PENDAFTARAN DITUTUP pada 23 July 2018 
Berkas yang TIDAK LENGKAP atau TERLAMBAT tidak akan diproses. 

Semua pendaftar harus mengirimkan berkas ke alamat email lap@balaibahasaperth.org.

    Language Assistant 2018, dari kiri ke kanan : Anwar (Lampung), Galuh (Pasuruan), Ismail (Makassar) dan Arief (Tasikmalaya).